Pulang dalam keadaan lemah, Chun-hyang terbaring pingsan didepan pintu pagar tepat pada saat ayah Mong-ryong (yang sedang berlatih membelah apel) menyambutnya. Saat menelepon sang putra, Chae-rin yang mengangkat tidak menyampaikan pesan bahwa Chun-hyang sakit kepada Mong-ryong.
Saat sampai dirumah, Mong-ryong mendapat tamparan keras dari sang ayah. Dalam pembicaraan mengenai masa depan mereka, inspektur polisi tersebut tidak setuju rencana pernikahan mereka dibatalkan. Sempat mengacuhkan Chun-hyang saat pamit pergi, pemuda itu mencegat sang calon istri didepan rumah dan mengemukakan sejumlah alasan untuk menahannya.
Namun, tekad Chun-hyang, termasuk untuk tidak membiarkan biaya kuliahnya ditanggung keluarga Mong-ryong, sudah bulat, ia nekat berangkat sendirian ke Seoul dan sempat bertemu Hak-do dan Chae-rin. 'Dijemput' Mong-ryong di stasiun, keduanya pergi minum bersama. Dalam keadaan setengah mabuk, pemuda itu mengungkapkan harapannya supaya Chun-hyang menganggapnya lebih dari teman.
Sebelum berpisah, Mong-ryong melakukan hal yang tak terduga yaitu memeluk Chun-hyang. Tidak menyangka itulah pertemuan terakhir, pemuda itu kaget saat tahu dari Chae-rin kalau calon istrinya batal mendaftarkan diri di universitas.
Setelah beberapa waktu berlalu, Mong-ryong yang terus ditempel Chae-rin tidak bisa melupakan Chun-hyang. Sebuah gantungan yang khas membuat pemuda itu teringat lagi, ia langsung bergegas ke sebuah toko namun gagal menemukan Chun-hyang disana.
Masih penasaran, Mong-ryong berhasil mendapatkan info dimana Chun-hyang berada dari Ji-hyuk (meski untuk itu, ia harus rela dipukul hingga babak-belur). Namun saat mengejar, ia melihat Hak-do yang berada bersama gadis itu hendak melamarnya.
Cerita yang mengharukan :'(
BalasHapus