Sabtu, 26 Juni 2010
Style (Episode 9)
Sinopsis Style
Episode 9
Park Ki Ja datang menemui Kim Min Joon di rumahnya. Dia langsung menuju kamar Min Joon dia kaget melihat Min Joon dan Seo Jung terlihat seperti bermesraan di kamar. Dia mengetuk pintu.
Seo Jung kaget dan berkata bahwa dia sedang menyelesaikan artikelnya dan minta bantuan Min Joon di sini. Tapi Min Joon memotong dan berkata Seo Jung tinggal bersamanya di sini.
“Kita hidup bersama”, Min Joon berusaha memancing kecemburuan Ki Ja. Seo Jong kaget mendengar ucapan Min Joon . Dia merasa risi dan buru-buru keluar dari kamar. Ki ja sadar bahwa tindakan Min Joon selama ini mencoba membuatnya cemburu.
“Bagaimana jika Seo Jung suka padamu?”, Ki Ja memperingatkan. Ki Ja tidak ingin sesuatu yang telah menimpanya juga terjadi pada Seo Jung. Min Joon kesal pada Ki Ja yang berusaha mencampuri urusan pribadinya.
Ki Ja berkata bahwa dia sampai sekarang tetap single bukan karena menunggu Min Joon tapi karena tidak pede lagi untuk berhubungan dengan laki-laki lain. Min Joon berkaca-kaca dia berkata bahwa dia sengaja datang ke korea untuk mencari Ki Ja dan ingin memulai hari baru dengan Ki Ja karena masih mencintai Ki Ja. Dia minta Ki Ja putus dengan Woo Jin.
Woo Jin di rumahnya memikirkan kata-kata Ki Ja tadi kepadanya
“Jika kita tidak pernah tidur bersama hubungan kita tidak akan sejauh ini”, kata Ki Ja. Setelah Ki Ja pulang, Seo Jung berkata bahwa jika Min Joon memilih dia untuk membuat Ki Ja cemburu, maka Min Joon salah orang. “Kamu masih mencintai Park Ki Ja bukan?”
Menurut SEo Jung, dia bukan tipe wanita yang bisa membuat Ki Ja cemburu, karena Ki Ja merasa Seo Jung tidak ada apa-apanya. Seo Jung mengepak barang-barangnya pagi-pagi dan membawanya pergi ke kantor.
Seo Jung menemui Park Ki Ja dan berkata bahwa kejadian tadi malam tidak seperti yang dia sangka.
“Kalian berdua ini laki-laki dan wanita dewasa bukan?”, sahut Park Ki Ja. Kamu sebagai perempuan harus punya harga diri dan citra. Tidak mudah begitu saja bisa tidur di kamar Woo Jin atau mau ditawari tinggal bersama laki-laki tanpa status. Karena bagaimanapun perempuanlah yang akan jadi korban. Kamu harus punya tameng, dan pekerjaan juga merupakan tameng bagi perempuan” lanjut Park Ki Ja.
Setelah presdir Son Byung Yi sudah tidak lagi menjabat sebagai pemimpin perusahaan di Style, Park Ki Ja selain memimpin redaksi dia juga banyak menangani masalah umum. Seo Woo Jin belum sekali pun ke kantor dia masih asyik di restorannya. Park Ki Ja mengajukan budget bulanan pada Presdir Son Byung Yi (dia masih presdir di group yang lain yang selama ini mendanai Style), tapi dia minta budget Style dikurangi sampai 10%nya. Dia tidak peduli bagaimana Ki Ja mengurusnya. Ki Ja pusing.
Ki Ja menemui Woo Jin Woo Jin malah jual mahal, jika ini menyangkut pekerjaan dia akan datang seminggu sekali dan memimpin rapat. Dia tidak mau urusan restorannya diganggu, dan tak mau bertemu Ki Ja tanpa janji lebih dulu. Ki Ja kesal karena dia seperti dianggap orang yang ga ada kerjaan.
Ki Ja menanyakan progres Seo Jung. Dia masih menyusun materi untuk model Choi Ah Young. Dia juga sudah menyiapkan bahan wawancara untuk Ki Ja. Ki Ja mengambilnya dengan kesal.
Park Ki Ja tidak menyerah, dia menunggu jadwal lari Woo Jin dan kali ini telah siap dengan kostum joggingnya dan sepatu olahraga. Woo Jin mengkritisi busana Ki Ja.
“Kamu ini mau show apa mau aerobik?” . Ki Ja mengajak Woo Jin berbicara serius bahwa anggaran mereka telah dikurangi 20 %. Woo Jin tetap cuek.
”Apa kamu mau membiarkan staf kita kehilangan pekerjaannya? Jika kamu main-main dengan Style lebih baik tinggalkan saja jabatanmu”, Ki Ja kesal. Woo Jin menyuruh Ki Ja pergi karena ini urusannya.
Ki Ja menegur Seo Jung yang pagi-pagi ketahuan mandi dan nginep di kantor.
“ini bukan kamar atau pun ruang tamu. cepat ganti maju dan pake make up”. kasian seojung dia ga punya tempat tinggal sekarang.
In Ja, redaktur pelaksana yang baru kesal karena para redaktur / editornya, karena setelah ditinggal Ki Ja mereka seperti males-malesan dan ga ada takutnya. Saat meeting banyak yang tidak ada progres terutama dari tim fashion / mode. Seo Jung yang paling rajin. Dia mengancam akan merombak tim mode dan kecantikan.
Park Ki Ja tidak menyerah kalau perlu dia akan mengadu Presdir Son Byung Yi dengan Woo Jin. Dia menjadwalkan Woo Jin ke pertemuan para pemimpin majalah mode.
Woo Jin menelepon Seo Jung yang mengaku sedang lembur. Woo jin kekantor dan berbincang denganSeo Jung dan menanyakan keadaannya. Dia juga mencari tahu tentang penghasilan para editor dari Seo Jung.
Malam itu Min Joon ke kamar Seo Jung dia kangen ama Seo Jung. Dia pergi ke kantor, tapi dia malah mendapai Woo jin sedang bersama Seo jung. Min Joon kali ini sudah tidak bisa bersabar lagi.
“Sedang apa kamu di sini. Apa kamu tidak cukup dengan Park Ki Ja dan sekarang mau mengambil Lee Soe Jung”, Min Joon menahan Woo Jin
“Siapa kamu? kamu dulu bersikap seperti pacar Ki Ja terus sekarang Seo Jung. Atau… kamu tertarik padaku?”, Woo Jin memprovokasi Min Joon. Min Joon benar-benar tersinggung dia memukul Woo Jin. Woo Jin membalasnya. Mereka bertengkar di dalam kantor , Seo jung panik.
Dia menghampiri Woo Jin yang terluka tapi Min Joon langsung berkata
“Seo Jung…Seo Woo Jin sudah penah tidur dengan senior Park. Brengsek yang kamu puja ini pacar dari senior Park. Usahamu akan sia-sia saja”, Min Joon membocorkan rahasia Woo Jin. SEo Jong syok. Woo jin tak bisa berkata apa-apa. Seo Jung sedih dia berlari pergi. Min Joon mengejarnya.
Park Ki ja datang e kantor dan heran liat ketegangan di kantor.
“Ada apa ini?”, tanya Ki Ja heran
“Luka yang kamu torehkan padaku selalu berakhir luka di pihak seo jung. Perasaanku ini harus diakhiri di sini”, kata Woo Jin menerangkan. Ki Ja masih bingung.
Min Joon berusaha menahan Seo Jung dan menghiburnya tapi Seo Jung marah.
“Kamu dan Seo Woo Jin kalian sama saja!Senior, kamu menyukai boss dan ketika ada masalah, kamu membawa aku ke tengah-tengah seperti sandwich. Kalian terus datang padaku hingga pikiran kalian tenang. Aku benar-benar telah dibodohi!”, Seo Jung beneran ga terima. Malam itu Seo Jung ingin tidur di ruko ayahnya.
Seo Jung sempat melihat ibunya hari ini, dia bertanya tentang cinta pada ayahnya.
Seo Jung sudah menikmati hari-harinya sebagai editor majalah mode. Pakaiannya udah keren sekarang. Dia juga tak kenal lelah berkeliling window shopping mencari item dan asesoris yang menarik juga mengamati gaya busana orang-orang untuk materi artikelnya. Sekarang ternyata ada staf yang lebih muda dr Seo Jung, dia juga rajin, editor yang lbh senior malah terkesan males mereka sering ngegosip.
Seo Woo Jin akhirnya mau menghadiri pertemuan pimpinan majalah mode di Incheon dia datang dengan Park Ki Ja dan direktur keuangan. Isu yang dibahas mengenai iklan-iklan yang banyak menghiasi majalah mode. Sebagai pemimpin perusahaan Seo Wo Jin mempunyai visi menjadikan Style majalah mode yang simpel dan independen tidak terlalu bergantung pada iklan ataupun perusahaan induknya tapi lebih bergantung kepada jumlah tiras dan sirkulasi .
“Untuk itu hal ini membutuhkan kecakapan lebih dari seorang pemimpin redaksi”, kata Seo Wo Jin sambil menantang Park Ki ja. Selesai rapat Park Ki Ja protes , menurut dia majalah mode selama ini tidak dapat dielakkan dari iklan.
“Dari pada jadi majalah yang dipenuhi iklan dan kamu dipusingkan dengan harus menarik iklan lebih baik pikirkan secara objektif ideku”, kata Woo Jin . Ki ja benar-benar tak mengerti dan kesal.
“Kau tidak mengerti lebih baik kau kembali jadi pengupas kentang saja! “. Mereka bertiga bermaksud pulang kembali ke Seoul. Tapi tiba-tiba mobil Seo wo jin bermasalah. Ternyata sebelumnya direktur hong sengaja mengerjai Woo Jin dan Ki Ja, dia merusak mobil Woo jin. Woo Jin dan Ki Ja harus sempit-sempitan di mobil sport yang hanya untuk 2 orang.
Woo Jin risi ingin naik taksi tapi mereka terlanjur masuk jalan tol. Woo Jin terpaksa mangku Ki Ja, dia protes karena Ki Ja berat. Ki Ja juga protes ga mau deket2 Woo Jin.
Kim Min Joon cape marahan terus sama Seo Jung, dia mengajak Seo Jung berbaikan.
“Lalu kamu mau ngajak aku pindah ke rumahmu lagi?”, kata Seo Jung sinis.
“Aku ngaku alasanku ngajak kamu pindah karena Park Ki Ja, tapi bukan hanya itu”, kata Min Joon. Soe Jung tetap sinis
“Jika aku berkata aku tidak seperti laki-laki normal lainnya. kamu mau percaya?”, kata Min Joon. Seo Jung cuek. “Jika aku mati apa kamu akan percaya!”, ulang Min Joon bener2 serius.
Para redaktur senior mulai iri pada Seo Jung mereka mengerjai draft artikel Seo Jung yang mengkritisi hasil karya desainer. Tulisan yang belum dikoreksi itu tiba-tiba muncul diinternet dan digugat oleh desainer ybs. Redakur pelaksana In Ja dan Seo Jung dipanggil Ki Ja. Seo Jung bagaimanapun diminta bertanggung jawab, dia masih baru tapi berani mengkritisi desainer nomor 1 di korea. In Ja yakin pelaku penyebarannya orang dalam, dia juga harus nemuin siapa yang masukin tulisan Seo Jung ke internet.
Berita ini sampai ke telinga presdir Son Byung Yi. Dia marah karena desainer itu pemasok utama iklan dan produk ke departmen store mereka. Dia ingin Ki Ja dipecat. Ki Ja ragu karena walau tulisan Seo Jung terlalu blak-blakan tapi isinya berbobot dan unik. Son Byung Yi menyindir prinsip Ki Ja karena hal itu bisa membuat Style bangkrut.
Woo Jin juga tau berita ini. Dia menelpon Seo Jung tapi tidak aktif. Dia mengundang Ki Ja makan siang. Dia memasakkan masakan khusus buat Ki Ja. Tapi begitu Woo Jin tentang Seo Jung dia langsung ga jadi makan. Dia menyindir apa Woo Jin bener peduli sama Style dan tau kalao Seo Jung mau dipecat Son Byung Yi. Woo Jin kaget karena Style sudah jadi urusannya. Tapi Ki Ja memandang Woo Jin belum bisa berbuat apa-apa.
Ki Ja memanggil Seo Jung dan minta dia ikut dengannya dengan membawa draft tulisannya itu. Mereka berada di luar. Ki Ja ternyata membawa draft tulisan pertamanya untuk kolom pemred.
“Aku tidak bisa dikatakan pemred kalau tidak bisa melindungi editorku sendiri”, kata Ki ja, Ki Ja merobek draft tulisannya. Seo Jung kaget. Ki Ja berkata tulisan Seo Jung berbobot dan unik tapi Style tidak mungkin menerbitkannya. Karena Seo Jung yang menulisnya dia ingin Seo Jung sendiri yang memusnahkan tulisannya.
Seo Jung pun merobek draft tulisannya. Mereka berdua sedih dan terharu .
Mereka lalu melemparkan sobekan kertas-kertas itu ke udara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar